Sukanto Tanoto adalah pendiri Royal Golden Eagle. Ini merupakan korporasi skala internasional dengan beberapa anak perusahaan yang beroperasi dalam bisnis pemanfaatan sumber daya alam.
Pertama kali didirikan pada 1973 oleh Sukanto Tanoto, RGE memiliki nama awal Raja Garuda Mas. Namun, pada 9 September 2009, perubahan nama menjadi Royal Golden Eagle dilakukan demi mengakomodasi kondisi dan ambisi perusahaan yang semakin eksis di dunia bisnis global.
Bayangkan saja, dulu Sukanto Tanoto hanya berkecimpung dalam industri kelapa sawit. Namun kini, RGE yang didirikannya sudah melebarkan sayapnya ke berbagai bidang. Mereka sekarang tercatat menekuni bisnis pulp and paper, selulosa spesial, pengembangan energi, dan viscose staple fibre.
Dulu Sukanto Tanoto mendirikan RGE untuk bersaing di tingkat lokal. Namun, berkat tangan dingin dan kerja kerasnya, RGE terus tumbuh. Sekarang mereka menjadi perusahaan global dengan anak perusahaan dan daerah operasi hingga berbagai kawasan mancanegara. Tercatat RGE memiliki cabang di Malaysia, Singapura, Filipina, Brasil, Tiongkok, hingga Kanada.
Seiring dengan pertumbuhan bidang yang ditekuni, skala bisnis RGE juga ikut membesar. Perusahaan milik Sukanto Tanoto itu sekarang ditaksir memiliki aset senilai 18 miliar dollar Amerika Serikat. Hal itu masih ditambah dengan kemampuan membuka lapangan kerja untuk sekitar 60 ribu orang karyawan.
Melihat kesuksesan RGE, Anda mungkin membayangkan Sukanto Tanoto adalah sosok yang memiliki modal finansial berlimpah. Jika tidak, mana mungkin ia sanggup mendirikan perusahaan sebesar itu?
Padahal, kenyataannya jauh berbeda. Sukanto Tanoto tak berbeda dengan orang kebanyakan. Ia berasal dari sebuah keluarga sederhana di Belawan, Sumatera Utara. Sukanto Tanoto merupakan sulung dari tujuh bersaudara.
Kehidupan Sukanto Tanoto tak jauh berbeda dengan orang lain. Tidak ada materi berlimpah yang dimiliki. Bahkan, bisa dibilang, jalan hidupnya lebih berat.
Lahir pada 25 Desember 1949, pada 1963 ia sudah harus putus sekolah. Sekolahnya ditutup karena ada insiden G30S PKI. Malang sekali, Sukanto Tanoto tidak bisa meneruskan bersekolah ke sekolah negeri karena ayahnya masih berstatus sebagai warga negara asing.
Bukan hanya itu, pada usia 18 tahun, Sukanto Tanoto sudah harus bekerja mengelola toko keluarganya. Gara-garanya ayahnya sakit keras. Sebagai anak tertua, mau tak mau Sukanto Tanoto harus mengambil tanggung jawab untuk menyambung hidup keluarganya.
Akan tetapi, tempaan hidup itulah yang justru membuat Sukanto Tanoto meraih kesuksesan. Ia bisa melewati beragam tantangan. Selain semangat pantang menyerah, menarik untuk melihat kunci keberhasilannya yang lain.
Ternyata salah satu faktor penyebab Sukanto Tanoto sukses sangat sederhana. Ia selalu mau belajar bagaimana pun caranya. Sikap ini sungguh unik karena sejatinya Sukanto Tanoto tidak mengenyam pendidikan formal pada masa muda.
Akan tetapi inilah yang membedakannya dengan orang kebanyakan. Sukanto Tanoto mampu memanfaatkan sumber ilmu yang dimilikinya untuk belajar.
Apakah itu? Cara paling sederhana untuk meraup ilmu adalah dengan gemar membaca. Dari kecil, Sukanto Tanoto rupanya senang sekali melahap buku-buku bacaan.
Waktu masih belia, Sukanto Tanoto memiliki kegemaran khusus tentang Perang Dunia dan Revolusi Amerika. Ia selalu membaca apa saja yang terkait dengan kedua hal tersebut.
Sukanto Tanoto biasa melakukannya sepulang sekolah. Sesudah pelajaran berakhir, ia membantu menjaga toko keluarganya. Saat itu, ketika ada waktu luang, Sukanto Tanoto melahap buku-buku bacaan yang ada. Bahkan, ia juga sering membaca surat kabar yang dimiliki.
Terus Dilakukan Hingga Kini
Kegemaran itu terus dilakukannya. Seiring kedewasaannya, semakin banyak tema bacaan yang dilahap oleh Sukanto Tanoto. Akibatnya wawasan Sukanto Tanoto luas meski tidak mendapat pendidikan di sekolah.
Hal ini terbukti berguna sekali dalam perkembangan bisnisnya. Sukanto Tanoto mampu mengambil beragam keputusan bisnis jitu karena punya pandangan yang luas.
Ketika sudah menjadi seorang pengusaha sukses sekalipun, kebiasaan gemar membaca tidak hilang dari diri Sukanto Tanoto. Ia terus saja mencari waktu untuk melahap berbagaai bacaan. Hal itu dilakukannya di sela-sela kesibukan dalam mengelola Royal Golden Eagle.
Ada sebuah momen yang kerap dimanfaatkan oleh Sukanto Tanoto untuk membaca. Ia biasa melakukannya saat sedang berpergian. "Setiap saya pergi, saya pasti membawa buku" ujar Sukanto Tanoto. "Saat dalam perjalanan, kalau tidak tidur, pasti saya membaca"
Kegemaran membaca juga ditularkannya ke anak-anaknya. Sukanto Tanoto mengharapkan putera puterinya tidak pernah malas untuk belajar sampai kapan pun.
"Ayah saya pernah mengatakan jika keinginan untuk belajar berhenti, saat itulah datang hari kejatuhan saya" ujar putera bungsu Sukanto Tanoto, Anderson Tanoto.
Semangat itu rupanya ingin ditularkan Sukanto Tanoto ke pihak lain. Ia melakukannya melalui Tanoto Foundation yang didirikannya bersama sang istri, Tinah Bingei Tanoto. Melalui yayasan sosial tersebut, Sukanto Tanoto mengusung mimpi besar, yakni menghapus kemiskinan dari Indonesia.
Sukanto Tanoto berpandangan bahwa kemiskinan dapat dihilangkan dari negeri kita dengan tiga cara. Hal tersebut adalah pemberdayaan masyarakat, peningkatan kualitas hidup, serta pendidikan. Maka, ketiga bidang itulah yang menjadi fokus kegiatan Tanoto Foundation.
Secara khusus, Tanoto Foundation juga menyebarkan semangat membaca seperti dimiliki oleh Sukanto Tanoto. Sebagai bagian dari kegiatan pendidikan, mereka mempunyai program yang dinamai sebagai Pelita Pustaka.
Dalam kegiatan itu, Tanoto Foundation ingin menumbuhkan semangat baca kepada masyarakat. Caranya ialah memberikan kemudahan akses bacaan serta menarik orang agar mau membaca.
Selama ini, Pelita Pustaka menyasar para siswa sekolah di kawasan terpencil. Mereka menjadi bidikan karena punya minat baca tinggi tapi terkendala fasilitas yang minim. Wujud konkretnya adalah pembuatan perpustakaan sekolah dan sumbangan buku bacaan.
Tanoto Foundation akhirnya kerap memanfaatkan sejumlah ruang kosong di sekolah yang terbengkalai. Mereka menjadikannya sebagai perpustakaan. Bersamaan dengan itu, buku-buku sebagai koleksi diberikan pula kepada sekolah. Hal itu masih dilengkapi dengan beragam pembelajaran supaya guru-guru punya kemampuan mengelola perpustakaan seperti pustakawan.
"Selain memberikan beasiswa, Sukanto Tanoto melalui Tanoto Foundation juga peduli meningkatkan minat baca anak-anak Indonesia, melalui Program Pelita Pustaka" kata Head of Communication Tanoto Foundation, Lestari Boediono.
Harapan Sukanto Tanoto sangat sederhana. Ia ingin anak-anak muda di Indonesia senang membaca seperti dirinya. Sukanto Tanoto telah merasakan manfaat besarnya. Ia berharap orang lain juga bisa merasakan kegunaan melahap beragam bacaan seperti dirinya.
Sungguh inspiratif, seorang pengusaha besar pendiri korporasi sekaliber Royal Golden Eagle ternyata tidak harus punya modal besar untuk mengembangkan usaha. Bisa dikatakan ia justru hanya berbekal buku bacaan untuk membesarkan bisnisnya.
Kalau seperti itu, tidak ada alasan lagi bagi siapa saja untuk malas membaca. Jika rajin, mereka bisa memperoleh manfaatnya seperti Sukanto Tanoto yang mendirikan perusahaan sekelas Royal Golden Eagle. Anda tidak tertarik?